Selasa, 19 Januari 2016

GULA DAN SEMUT


Dalam cangkir bekas kopi
Yang diletakkan diatas meja
Puluhan semut berdatangan
Bahu-membahu saling membantu

Dalam cangkir bekas kopi
Semut-semut hitam berlarian
Saling berlomba
Mengais sisa-sisa gula yang tertinggal

Dan di sudut yang lain
Semut-semut menyebar ke seluruh penjuru
Memberi kabar pada yang belum tahu

Mereka seolah berpesta
Menari-nari dibibir cangkir bekas kopi
Dengan irama yang terdengar sunyi
Bukan karena tak tahu seni
Tapi karena mereka tak mau mengusik dan terusik

Bayangkan jika derap langkahnya gaduh
Bagai parade rusa di padang rumput
Predator yang lapar akan dengan sigap menyergap

Cukup dengan langkah gemulai
Semut-semut hitam mensyukuri karunia-Nya
Mencoba memaknai hidup
Saling berbagi dengan sesamanya

Sedikitpun aku tak bergeming
Memandangi setiap gerak-geriknya
Hingga terlintas dibenakku
"Aku harus menjadi seperti gula"!

~AFQ~

Kamis, 07 Januari 2016

ASTER 2: Dibalik Puing

Aku mulai lelah membersihkan puing-puing reruntuhan yang hancur tersapu badai. Dinding-dinding kokoh telah rata dengan tanah, menjadi serpihan debu yang mudah terhempas angin.

Tak ada yang tersisa, selain rautan pensil yang memiliki cermin disisi atasnya. Rautan itu menjadi teman setiaku sejak aku masih kecil. Aku selalu membawanya kemanapun pergi, bersama dengan sebuah pensil dan buku kosong. Karena disetiap kejadian yang kualami, selalu kutuangkan dalam bentuk puisi, dan kugambarkan dalam bentuk lukisan.

Masa kecil adalah masa yang penuh imajinasi, dimana pikiran masih bersih dan belum terkontaminasi. Dimasa itulah dengan mudahnya aku berekspresi, tanpa takut tekanan dari berbagai sisi.

Kumainkan rautan itu sepanjang hari, dengan memantulkan sinar mentari yang terik menghujam bumi. Sesekali aku mengintip wajah kusam keturunan Adam dalam cermin, terlihat senyum yang dipaksakan dari bibir kecilnya, yang sungguh apabila sedikit saja terbuka, maka akan terdengar jerit tangis membahana.

Sudah terlalu lama aku sendiri, berbincang dengan sosok dalam cermin. Karena hanya sosok itulah yang selalu tersenyum padaku sepanjang waktu. Sayangnya, aku belum begitu mengenal sosok tersebut. Dan sialnya lagi, kami bertengkar hebat disaat terakhir bertemu. Kemana lagi aku harus mencarinya? Sedangkan setiap jengkal puing-puing telah kubongkar.

Aku harus berdamai dengannya, agar senyumnya kembali hadir dalam cermin yang selalu kugenggam saat ini. Untuk memudahkan pencarianku, maka telah kuputuskan untuk memberinya sebuah nama, Aster.


~AFQ~