Selasa, 31 Maret 2015

RASA SAKIT DAN KEYAKINAN

Sobat, saat ini aku mulai faham seperti apa rasanya sakit. Ketika mencoba perlahan berdiri diatas karang, tiba-tiba ombak laut pasang menghempasku hingga tenggelam ke dasar laut. Dan ketika aku ingin mencoba berenang ke permukaan, aku tak sanggup melawan derasnya arus, hingga kembali terhepas membentur karang di dasar laut.

Rasa sakit itu sungguh tak tertahan, sobat. tubuhku penuh luka akibat menghantam kerasnya karang, hingga akhirnya menyebabkan hipoksia. Aku sempat tak sadarkan diri, sebelum ada keajaiban yang luar biasa menyelamatkanku.

Kau tahu apa keajaiban itu? Keyakinan! Aku sadar, aku memang seorang aquaphobia. Tapi berkat keyakinan, aku mampu menantang ombak, walau akhirnya aku tenggelam. Tapi lagi-lagi berkat keyakinan, aku mampu keluar dari situasi mengerikan itu. Keyakinan untuk tetap bertahan hidup, menolongku dari kematian yang tak terbayangkan.

Tubuhku tiba-tiba terangkat ke permukaan, dan terbawa ombak hingga terdampar diantara pasir pantai. Saat itu aku dalam situasi tak berdaya, dan pasrah akan nasibku selanjutnya. Hingga akhirnya terik mentari menyadarkanku dengan sorot sinarnya yang menamparku. Sebuah tamparan yang membangkitkanku dari ketidaksadaran berkepanjangan.

Kita memang harus berani melawan sesuatu yang kita takuti, agar tahu seberapa besar keberanian kita. Kita juga diajarkan untuk siap menerima rasa sakit, agar tahu seberapa kuat kita menahannya. Semua itu akan membuat diri kita memahami arti hidup. Karena sejatinya hidup adalah perjuangan yang kadar penderitaannya lebih besar dari kebahagiaannya. Karena hidup adalah ujian yang harus kita tempuh guna memperoleh "sertifikat" dari Sang Pencipta.

Kini aku telah terbiasa dengan rasa sakit, dan tidak takut lagi dengan apapun yang menyakitkan. Karena aku adalah seorang pesakitan, yang selalu siap menahan sakit. Akupun yakin, keyakinanku dapat meyakinkan hatiku untuk tetap yakin.

Selasa, 17 Maret 2015

MAAF CINTA




maaf maaf                                 maaf maaf
maaf maaf maaf                         maaf maaf maaf
maaf maaf maaf maaf              maaf maaf maaf maaf
maaf maaf maaf maaf maaf maaf maaf maaf maaf
maaf maaf maaf maaf maaf maaf maaf maaf maaf
maaf maaf maaf maaf maaf maaf maaf maaf
maaf maaf maaf MAAF maaf maaf maaf
maaf maaf maaf maaf maaf maaf
maaf maaf maaf maaf maaf
maaf maaf maaf maaf
maaf maaf maaf
maaf maaf
maaf



~AFQ~

CINTA


Cinta bagaikan pasir pantai. Meskipun kotor, namun tetap merupakan anugerah terindah. Seringkali kita rela berjalan diatasnya tanpa alas kaki.

Lambang cinta tak berwarna merah cerah seperti halnya yang digambarkan banyak orang, melainkan hanya antara hitam atau putih.

Cinta tidak berbentuk utuh, karena cinta hanya butiran-butiran kecil yang rapuh. Kadang terbang bersama angin, kadang pula hanyut bersama ombak.

Bahasa cinta sulit dipahami. Tak ada manusia yang mampu mengartikan, atau bahkan hanya sekedar mengikuti setiap kata yang terucap. Karena kamusnya adalah alam, dan yang sanggup membacanya hanyalah hati.

Cinta sulit ditebak. Kadang dia ingin diam di satu tempat, kadang juga berlarian menuju tempat lainnya. Maka jangan pernah paksakan cinta.


~AFQ~

MATI DALAM HIDUP



Jantungku masih berdetak, namun sesungguhnya hanyalah kumpulan dari sisa-sisa bangkai jiwa yang telah lama mati. Hingga menebarkan bau busuk yang menusuk.

Otakku masih berfikir, namun hanyalah memori kosong yang terkurung dalam tempurung kepala yang membatu. Liar dan lapar akan fantasi yang telah lama tak tersentuh.

Mataku masih melihat, namun hanya dapat melihat dengan satu sisi. Karena sisi lainnya buta dimakan rayap-rayap prasangka. Sehingga aku tak dapat melihat dengan sempurna, dan tak dapat membedakan antara kejujuran dan kebohongan.

Mulutku masih mampu bersuara, namun hanya mampu menggeram tanpa kata. Bau busuk yang keluar tampak seperti aroma dusta bercampur buih-buih tipu daya.

Hatiku masih berfungsi, namun sudah dipenuhi belatung yang menggerogoti setiap sisinya. Maka tak dapat lagi kurasakan sakit dan pedihnya. Fungsinya kini hanyalah sebagai pelengkap dan penghias di dalam rangkaian tulang-tulang rapuh.

Tanganku masih sanggup menggenggam, namun hanya angan dan impian yang sanggup ku genggam. Karena sendi-sendinya telah terlepas dari kerangka usang dan hilang satu-persatu, sehingga aku tak sanggup menggengam keyakinan yang lebih besar.

Kakiku masih sanggup berjalan, namun hanya langkah tak tentu arah karena tak mampu lagi menopang raga yang dipenuhi ego dan kemunafikan.

Sesungguhnya aku telah mati dalam hidup. Jiwaku terpasung dalam raga tak bertuan, layaknya mayat hidup yang bangkit dari persemayaman dan terkekang dalam kutukan.


~AFQ~

Minggu, 15 Maret 2015

KERINDUAN ASTER

Menari bersama hujan adalah cara terbaik untuk mengobati dahaga rindu. Karena hujan akan memberikan kesejukan pada setiap hati yang gersang. setiap tetes yang jatuh akan menciptakan irama, yang kemudian diteruskan oleh hati menjadi nyanyian jiwa yang indah.


Hujan sore ini merupakan berkah dan jawaban dari do'a-do'a yang dipanjatkan oleh bunga Aster. Bunga yang penuh kesucian cinta dan kesabaran. Dalam setiap do'anya, selalu terselip nama Zubeneschamali, bintang paling terang dalam rasi bintang libra. Rindu Aster pada Zubeneschamali terlalu dalam, sehingga tak dapat diartikan oleh bumi.


Penantian dan kesetiaan Aster ternyata dilihat oleh dewi Astrea, sang dewi kesucian. Hingga pada akhirnya sang dewi menitihkan air mata, yang kemudian menjadi hujan.


Lalu dewi Astrea mengabarkannya pada Justitia, dewi keadilan, yang tidak lain adalah ibu dari dewi Astrea sendiri. Dewi Justitia sendiri adalah sosok yang membangun rasi bintang libra dengan timbangan yang dibawanya dari bumi sebagai lambang keadilan.


Hingga akhirnya, Justitia menyampaikan pesan Aster langsung kepada Zubeneschamali, dan memintanya untuk segera mengambil sikap.


ketika malam tiba, hujan pun mulai reda. Aster masih tetap terpaku menatap langit utara, dan menanti kehadiran Zubeneschamali. Tanpa disadari, diam-diam Zubeneschamali datang dari langit selatan. Ia mengejutkan Aster dengan sinar redup, yang kemudian berubah menjadi senyum terang.


~AFQ~

ZUBENESCHAMALI

Aku ingin membuat bulan sedikit membenciku, agar tak kulihat lagi bayangan semu. akupun ingin mengasingkan diri dari bintang-bintang lain yang menganggap dirinya lebih terang, agar aku dapat menyendiri dalam renungan dan memaknai kesunyian malam.

Saat aku mulai memahami maknanya, aku ingin melihat sikapmu selanjutnya. Akankah kau tetap menemaniku, atau justru bergabung dengan bintang lain yang lebih terang? Atau bahkan mendekati bulan yang terlihat terang, namun sebenarnya tak lebih dari sekedar bias cahaya?

Kau adalah bintang Zubeneschamali, bintang paling terang dalam rasi bintang libra. Kaulah satu-satunya bintang harapanku, yang dapat membangkitkan semangatku untuk arungi luasnya galaksi bimasakti.

Kita memang berjauhan, namun masih berada dalam rasi bintang yang sama, rasi bintang yang tidak memiliki magnitudo pertama. Sehingga kita hanyalah bintang redup diantara bintang-bintang lainnya. Maka sudah sewajarnya kita harus saling berbagi, saling memahami, saling mengisi dan melengkapi.

Ketika ego mulai menguasai jiwa, maka tertutup sudah akal sehat yang seharusnya dapat menjadi cahaya layaknya matahari dalam sistem tata surya.

Dengan berbagai alasan yang ada, mampukah kau membaca isyarat hatiku dalam ruang gelap tanpa harus menunggu cahaya yang sempurna? ;)



~AFQ~

BERLARI MENGEJAR WAKTU

Dikejar waktu itu ternyata indah dan tidak melelahkan. Karena kita akan tahu kemampuan kita sesungguhnya, dan seberapa kuat mental kita dalam menghadapinya. Bukan siapa lebih cepat mencapai garis finish yang dinilai, melainkan proses kita dalam berlari.

Semakin sering kita jatuh dan bangkit lagi, maka semakin kebal pula diri kita dari rasa sakit. Begitu pula sebaliknya, semakin lancar kita berlari, maka semakin mudah pula kita meremehkan makna dari berlari itu sendiri. 

Kita diajarkan untuk tidak manja, agar kita sadar akan kejamnya dunia. Mari kita balikkan keadaan, bukan kita yang dikejar waktu, melainkan kita yang harus mengejar waktu. karena logikanya waktu tidak akan pernah berjalan mundur, kawan... 


~AFQ~