Jumat, 14 Agustus 2015

Bertahan...

Aku diibaratkan sebagai pemilik bangunan tua yang lapuk, yang tak punya apa-apa, bahkan uang sepeserpun untuk merawatnya. Butuh penanganan khusus agar bangunan tersebut tetap terjaga dan tak mudah ambrol setiap sisi dindingnya.

Sakit hati itu bagaikan menancapkan puluhan paku di dinding lapuk tersebut. Meskipun paku-pakunya dapat dicabut, pasti akan meninggalkan bekas lubang. Butuh semen dan cat untuk benar-benar menghilangkan bekasnya.

Aku tak punya keahlian apapun selain mengandalkan belas kasihan. Hanya dengan sedikit mengemis, aku akan mampu membeli salah satu dari kedua barang itu. 

Saat aku mampu menutup lubang itu dengan semen, namun pasti akan tetap terlihat belangnya. Begitupun jika ditutup hanya dengan mengecat kembali, juga akan tetap terlihat bolongnya.

Haruskah aku selalu mengemis untuk menjaga bangunan tuaku? Kumohon, jagalah bangunan tuaku, itu adalah hatiku. Karena hanya itulah satu-satunya tempat perlindunganku, agar aku tetap bertahan hidup. 


~AFQ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar